Minggu, 23 September 2018

7 Habits of Highly Effective People


Buku 7 Habits of Highly Effective People pertama kali terbit pada tahun 1989 ditulis oleh Stephen R. Covey.
Judul : The 7 Habits of Highly Effective People (7 Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektif)
Terbitan Pertama   15  Agustus 1989
Pengarang               Stephen R. Covey
Jumlah halaman     381
Penerbit                    Free Press
Tanggal rilis             1989









Assalamualaium Warahmatullahi Wabarakatuh, saya Neng Sri Nurlaelasari mahasiswa STIKes  Sukabumi dari kelas 2A (semester 3). Kali ini saya  akan mengulas atau mereview buku yang berjudul  "The 7 habits of highly effective people" yang ditulis oleh Stephen R. Covey dan memberikan aplikasinya  di kehidupan sehari-hari maupun di lingkungan keperawatan yang bertujuan untuk memenuhi tugas Pendidikan Moral dan Karakter yang di berikan oleh Dosen ibu Rani Indriani Kusumah, S.Kom.,M.SI

Sebelumnya kalian pasti sudah pernah membaca review ataupun sinopsis dari buku the 7 Habits of Highly Effective people ini, baik dari instagram, facebook maupun blog. Saat di kelas dosen saya pernah berkata “bahwa dengan membaca buku ini bisa merubah seseorang atau memperbaiki diri seseorang bahkan bisa merubah paradigma seseorang atau cara pandang dalam berprilaku”. Kali ini saya ingin membaginya bersama kalian dengan cara menulis blog ini walaupun ini adalah tugas wajib yang di berikan dosen saya namun, saya mengerjakan tugas review ini dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Moral dan Karakter serta membaginya bersama kalian. Tujuh kebiasaan yang sangat efektif kelihatan sangat mudah untuk dimengerti, tetapi tidak mudah dilaksanakan ataupun di aplikasikan oleh kita semua, namun setelah membaca atau memahami 7 kebiasaan yang sangat efektif ini bisa memeberikan inspiras kepada kita , serta bisa memperbaiki sikap dan prilaku dan bisa membuat hidup kita lebih baik dan bermanfaat lagi.

7 Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektif

1. Proaktif (Be Proactive: Principles of Personal Choice)

Ketika kita menginginkan kesuksesan dalam karir, maka kita dituntut untuk proaktif menentukan apa yang ingin dicapai, kemudian menyusun cara apa saja yang bisa dilakukan agar tujuan tersebut dapat tercapai. Keinginan, cita-cita ataupun tujuan yang ingin dicapai harus dibarengi dengan usaha, tidak bisa hanya diam duduk manis menunggu datangnya kesuksesan, harus ada upaya-upaya proaktif yang dilakukan agar sampai pada tujuan. 

Orang yang proaktif biasanya sangat mengenali yang namanya rasa tanggung jawab. Mereka tidak menyalahkan keadaan, kondisi atau pengkondisian untuk perilaku mereka. Perilaku mereka adalah produk dari pilihan sadar mereka, berdasarkan nilai, dan bukan produk dari kondisi mereka.

Contoh dalam kehidupan sehari-hari         : Pada saat ada masalah dengan teman kelas di kampus, kita pasti merasa sedih atau kadang menyendiri di kelas dan tidak mau meminta maaf kepada teman kita. Orang proaktif tidak akan berlarut –larut seperti itu tetapi akan mencari solusi dari masalah dengan teman sekelasnya itu, agar mereka tidak bertengkar lagi di kelas dia tidak akan diam saja tetapi akan mengambil inisiatif yaitu meminta maaf kepada temannya agar mereka tidak musuhan atau bertengkar lagi.
Contoh dalam Keperawatan                        : Pada saat di rumah sakit seorang pasien lansia bab di celananya dan seluruh ruang rawat inap menjadi bau.  Maka seorang perawat yang proaktif akan berpikir dan mengendalikan masalah tersebut. Dia pasti berinisiatif untuk membantu membersihkan bab pasien tersebut agar tidak menganggu  pasien yang lain dan membantu memenuhi kebutuhan dasar pasien lansia tersebut untuk mempercepat penyembuhan pasien serta perawat tersebut akan selalu bertanggung jawab atas tugas dan kewajibannya. 

2. Merujuk Pada Tujuan Akhir (Begin with the End in Mind: Principles of Personal Vision)

Memulai sesuatu dengan hasil akhirnya dalam pikiran yang maknanya ialah seseorang harus membayangkan apa tujuan akhir dari apa yang akan mulai dilakukannya. Dengan begitu diharapkan dalam melakukan sesuatu, seseorang akan merujuk pada tujuan akhir. Dalam  menentukan tujuan yang ingin dituju, kita akan memilah-milah langkah yang akan ditempuh, apakah langkah tersebut akan membantu kita mencapai tujuan atau tidak. Jika tidak, sebaiknya tinggalkan dan cari langkah atau  perbuatan yang lebih efektif untuk mencapai tujuan. Intinya dengan menentukan tujuan di awal itu akan meminimalisasi langkah yang tidak perlu untuk mencapai tujuan.

Contoh dalam kehidupan sehari-hari         : Seorang mahasiswa kedokteran bercita cita menjadi seorang dokter profesional. Maka dia selalu belajar tentang anatomi, patofisiologi dan mengikuti seminar-seminar yang bertema kesehatan maupun kedokteran yang bertujuan untuk menambah pengetahuannya  karena dia bercita-cita menjadi seorang dokter yang profesional. Jadi apa yang kita lakukan haruslah merujuk kepada tujuan akhir kita dan dalam merujuk ke tujuan akhir kita bisa belajar  sedikit demi sedikit apapun yang berhubungan dengan tujuan akhir kita.
Contoh dalam Keperawatan                        : Apa yang harus kita lakukan jika tujuan akhirnya adalah membuat pasien sembuh atau mencegah kecacatan pada pasien ? nah kita sebagai perawat harus terus belajar dan menganalisis apa yang di butuhkan pasien untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien serta dalam memeberikan asuhan keerawatan kepada pasien untuk mencegah kecacatan maupun untuk memepercepat kesembuhan pasien . Misalnya pasien yang koma kita harus melakukan ROM atau latiham Mobilisasi kepada pasien untuk mencegah kecacatan atau decubitus. Karena tujuan akhir kita adalah mencegah kecacatan.

3. Dahulukan Yang Utama (Put First Things First: Principles of Integrity & Execution)

Dahulukan yang utama. Hal ini berkaitan dengan mengatur prioritas dalam hidup maupun manajemen waktu. Buatlah daftar pekerjaan yang penting untuk dilakukan setiap minggunya, dan lakukan review harian pada daftar tersebut. Selalu utamakan hal-hal yang paling penting untuk dilakukan.  Stephen Covey menyebutnya “batu-batu besar”. Bayangkan sebuah ember, dimana ember adalah tempat kita menempatkan kegiatan, sedangkan batu diasumsikan sebuah kegiatan. Ada batu-batu besar dan ada batu-batu kecil atau kita menyebutnya kerikil. Untuk memenuhi ember dengan batu-batu tersebut kita akan mengutamakan batu-batu besar untuk dimasukkan ke dalam ember terlebih dahulu, kemudian mengisi ruang-ruang kosong dengan kerikil. Apabila kita memasukkan kerikil terlebih dahulu, maka batu-batu besar tersebut kemungkinan tidak bisa masuk ke dalam ember, mungkin saja bisa, tapi tidak bisa semua. dari perumpamaan tersebut diatas, Stephen R. Covey menggambarkan bahwa kita harus mementingkan yang menjadi prioritas terlebih dahulu. Prioritas adalah yang memiliki dampak besar terhadap tujuan kita, yang menjadi target terdekat dan bisa jadi berpengaruh bagi orang banyak. 

Contoh dalam kehidupan sehari-hari         : Pastikan untuk mengutamakan sesuatu yang sangat penting terlebih dahulu. Seperti saat memiliki tugas di kampus,  Ketika saya memiliki tugas kuliah yang harus dikumpulkan hari senin  dan tugas organisasi yang harus dikumpulkan hari jumát. Manakah yang akan saya kerjakan terlebih dahulu ? jawabannya  yaitu saya akan mengerjakan tugas yang paling pertama harus di kumpulkan. Lihat waktu pengumpulan tugasnya, jika tugas kuliah harus di kumpulkan lebih dulu di bandingkan tugas organisasi makan saya akan mengerjakan tugas kuliah terlebih dahulu dibandingan tugas organisisi atau UKM yang saya ikuti. Mengapa ? karena saya menganggap tugas yang perama harus dikumpulkan lebih penting dibandingkan tugas yang harus di kumpulkan nanti. Setelah tugas yang pertama selesai barulah kita kerjakan tugas yang selanjutnya.
Contoh dalam Keperawatan                        : Pada saat  terjadi kecelakaan ada pasien yang masuk ke UGD. Pasien yang pertama dengan luka luka ringan dan yang satu lagi pasien dengan luka berat. Pada kasus ini perawat akan menangani pasien yang luka berat terlebih dahulu karena kita sebagai perawat harus  menyelamatkan nyawa pasien dengan luka berat di bandingkan dengan pasien yang hanya luka-luka ringan saja.

4. Berpikir Menang/Menang (Think Win/Win: Principles of Mutual Benefit)

Pola pikir menang-menang adalah pola pikir yang memperhatikan semua pihak. Tidak hanya berpikir terhadap satu sisi ego, tapi memenangkan banyak ego. Kerangka pikir menang-menang adalah kerangka pikiran dan hati yang terus-menerus mencari keuntungan bersama dalam semua interaksi manusia. Hal ini menunjukkan dengan solusi menang/menang (win-win solution), semua pihak merasa senang dengan keputusannya dan merasa terikat dengan rencana tindakannya. Menang/menang melihat kehidupan sebagai arena yang kooperatif, bukan kompetitif. 

Contoh dalam kehidupan sehari-hari         : Ketika kita akan makan bersama saudara kita dan kita memiliki perbedaan pendapat dalam menentukan restoran mana yang akan kita kunjungi. Maka kita harus berdiskusi dalam mencari solusi yang terbaik untu kita semua tanpa menimbulkan persepsi kamu menang saya kalah atau saya menang kamu kalah. 
Contoh dalam Keperawatan                        : Saat berkolaborasi dengan sesama perawat namun kita memiliki perbedaan pendapat dalam pemberian tindakan asuhan keperawatan. Maka kita harys memikirkan menang menang untuk kesembuhan pasien yaitu dengan cara memilih atau mendiskusikan tindakan yang terbaik untuj kesembuhan pasien. 

5. Berusaha Mengerti Terlebih Dahulu, Baru Dimengerti (Seek First to Understand, Then to be Understood: Principles of Mutual Understanding)

Berusaha mengerti terlebih dahulu baru dimengerti. Rasa empatik serta komunikasi yang baik sangat diperlukan dalam menghadapi berbagai karakter yang mungkin ada. Kebiasaan buruk kita adalah menginginkan untuk dimengerti oleh orang lain, Berusaha mengerti terlebih dahulu merupakan perubahan paradigma yang sangat mendalam. Kebiasaan berusaha mengerti terlebih dahulu juga berlaku di lingkungan kerja, dengan rekan-rekan kerja. Sebelum kita melontarkan ide ke dalam forum ada baiknya jika kita memahami ide-ide dan kepentingan rekan kita yang lain. Jika kita terlatih dengan kebiasaan ini, kita akan merasa semua orang akan dengan senang hati mendengarkan dan menerima kita. 

Contoh dalam kehidupan sehari-hari         : Saat temankita sedih kita harus menegerti dulu apa yang di inginkannya. Misalnya dia ingin bercerita kepada kita, maka kita harus mendengarkannya dan memberikan solusi kepadanya. Maka saat kita sedih teman kita akan melakukan hal yang sama kepada kita.
Contoh dalam Keperawatan                        : Saat menghadapi pasien, kita sebagai perawat harus mengerti apa yang di ingin kan pasien, seperti dalam melakukan komunikasi teurapeutik dengan pasien kita harus terbuka, tidak memotong pembicaraannya dan harus mendengarkan keluh kesah pasien tersebut agar terjalinnya hubungan saling percaya. Setelah pasien trust dengan kita, kita akan lebih mudah untuk memberikan penjelasan berupa saran ataupun tindakan keperawatan kepada pasien yang bersifat teurapeutik, karena pasien tersebut sudah percaya kepada kita.

6. Wujudkan Sinergi (Synergize: Principles of Creative Cooperation)
mewujudkan sinergi.

Faktor kepercayaan serta kerja sama perlu ditambah dalam menjalani poin keenam ini. Saran Stephen R. Covey untuk memiliki kebiasaan membangun sinergi didasarkan pada pemahaman bahwa sangat penting untuk bekerja bersama tim dari berbagai latar belakang secara harmonis. Latar belakang berbeda akan memberikan ide-ide yang lebih beragam yang akan membuka jalan bagi solusi yang lebih kreatif dan menguntungkan.

Contoh dalam kehidupan sehari-hari         : Dalam mengerjakan tugas kita kelompok kita bisa berpikir bersama-sama dengan semua anggota kelompok walaupun anggota kelompok kita adalah orang yang berbeda-beda namun kita harus bekerja sama untuk menegerjakan sesuatu secara bersama-sama.
Contoh dalam Keperawatan                        : Saat berada di rumah sakit kita bisa berkolaborasi dengan anggota tim kesehatan yang lainnya seperti berkolaborasi dengan dokter, ahli gizi, maupun farmasi dll. Kita sebagai perawat berkolaborasi dengan tim kesehatan yang lain bertujuan untuk memeberian asuhan keperawatan kepada pasien agar mempercepat kesembuhan pasien.

7. Asahlah Gergaji (Sharpen the Saw: Principles of Balanced Self-Renewal)
asahlah gergaji.

Maknanya, dalam menjalani poin kebiasaan efektif, perlu disediakan waktu untuk berlatih memperbaharui  dasar-dasar yang dibutuhkan dalam menjalani kebiasaan maupun eman poin kebiasaan lainnya tersebut. Ada empat dimensi pembaharuan yang dapat diasah yaitu fisik, mental, spiritual, serta sosial/emosional. Dimensi tersebut hendaknya diasah secara seimbang karena mengabaikan salah satunya dapat memberi dampak buruk terhadap dimensi lainnya.

Kebiasaan ini akan membantu meningkatkan kemampuan dan pengetahuan kita. Stephen Covey menggambarkan kebiasaan ini dengan ilustrasi seseorang yang sedang menggergaji sebatang pohon besar. Berjam-jam ia menggergaji, tanpa ada kemajuan yang berarti. Tapi ia terus saja menggergaji, tanpa berhenti, tanpa hasil, dan tanpa menyadari bahwa gergajinya telah tumpul. Jika saja ia mengambil waktu untuk mengasah gergajinya, tentunya ia akan lebih mudah dan cepat menebang pohon yang sedang ia gergaji.

Contoh dalam kehidupan sehari-hari         : Menjadi mahasiswa sangat berat terutama ketika banyaknya stressor yang membut kita mudah stress. Ketika stress belajar atau mengerjakan banyak tugas dan ketika kita di berikan tugas oleh dosen namun tugas kita harus di perbaiki maka alangkah baiknya kita rehat dulu sejenak dan mempelajari lagi apa kesalahan kita serta belajar atau membaca buku yang berhubungan dengan tugas kita agar tugas kita bisa selesai dan isi tugasnya lebih baik lagi. 

Contoh dalam Keperawatan                        : Pada saat kita menjadi perawat akan muncul banyak tugas untuk membuat asuhan keperawatan, tekanan dari atasan, maupun pasien yang unik dan membuat kita tidak semangat ataupun merasa bosan. Dalam membuat asuhan keperawatan kita membuat kesalaha, maka saat istirahat kita beristirahat dulu dan belajar lagi mengenai buku nic noc untuk mengembalikan ingatan kita yang seribg lupa dan membuat asuhan keperawatan kita menjadi  lebih baik lagi. 
Dan itulah review dari saya tentang buku The 7 Habits of Highly Effective People (7 Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektif) yang bisa merubah kehidupan seseorang, setelah membaca blog ini semoga para pembaca bisa mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari. Saya menyadari bahwa penulisan review ini masih jauh dari kata sempurna karena itu saya meminta kepada para pembaca untuk memeberikan kritik dan saran yang memebangun kepada saya  semoga bisa bermanfaat bagi kita semua terutama bagi pembaca blog saya, Terima kasih, Danke, Thank You, Kamsahamnidha J



7 Habits of Highly Effective People

Buku 7 Habits of Highly Effective People pertama kali terbit pada tahun 1989 ditulis oleh Stephen R. Covey. Judul :  The 7 Habits of ...